2005
Petang ini aku menyaksikanmu
melukis sebuah senja pada kanvas.
"Boleh donk, aku pinjam tubuhmu yang antik,
biar bisa kuawetkan senja dengan sederhana."
Kanvas diam saja kemudian tersenyum,
malu-malu, melihatmu: melukis senja
sambil bercakap-cakap mesra.
Senja sudah mulai ngantuk, ia pun
meninggalkan penggemarnya itu,
meninggalkanmu yang terkagum-kagum
pada senyuman senja.
"Kok sudah mau pulang?
Habiskan dulu sisa minumanmu, sambil
kaurampungkan sisa senyum hangatmu.
Lain waktu, pasti kusuguhkan embun pagi
kesukaanmu. Sesekali juga airmata
yang lebih rintih daripada sekedar tangisan."
Lukisan senja sudah cantik sekarang.
Ia bahagia sekali karna akhirnya kau
pajang juga dirinya di kamarmu.
Dan dirimu hanya terpaku, menerka-nerka
rupa senja yang kapan mampir di ufuk hati.