Saturday
Di Tengah Perjalanan
29.04.2006


Menjelang akhir perantauannya
pria itu mulai terlihat lunglai.
Semua persediaan bekal telah habis.
Pakaiannya sudah lusuh dan kucel.
Tubuhnya yang ia banggakan pun
sudah reyot.

Kadang-kadang diperjalanannya,
pria itu dapat membuat perasaan
orang-orang tersentuh karena menyaksikan
perangainya yang suka nyeleneh.
"Duh, kasihan sekali kau. Bisa-bisanya
sampai sebodoh itu.." Tapi ada juga
yang memujinya. "Wah, mengagumkan!
Tak kusangka kau bisa begitu goblok.
Apa ada lagi yang lebih hebat?"
Pria itu diam saja dan tak pernah
mengerti atas semua tuduhan atas dirinya.

Setelah hampir mampus, mampirlah ia di
sebuah kafe kecil yang begitu mewah.
Pemilik kafe langsung menyapanya dengan
hormat. "Silahkan, Tuan. Mau mati
di keranda nomor berapa? Asalkan tidak
meninggalkan pesan yang bukan-bukan
dan tidak minta yang aneh-aneh;
tidak merepotkan dan Anda sanggup
memberi bayaran dan tip yang pantas;
dijamin, Anda dapat mati
dengan tenang dan nyaman!"

"Sialan! Emanknya siapa yang mau mati?!"
"Ah, Bapak ini. Anggap saja seperti
rumah sendiri." "Aku belum mau mati.
Titik! Suguhkan saja aku minuman terbaik
di tempat ini!"

Tepat pukul 00.00, pria itu akhirnya tewas.
Segenap pelanggan kafe menyaksikannya serta
mendoakannya dengan hikmat.
"Semoga pria ini dapat melanjutkan
perantauannya di alam sana."

"Perjalanannya belum berakhir dan
entah kapan akan selesai."
Pemilik kafe mengakhiri perjamuan tersebut.

Pria itu diam-diam mengumpat. Bajingan!
 
Steven menulis pada 18:45 | buka halaman | 0 komentar
Thursday
Celana Kesayangan
13.04.2006


Baru saja celana kesayanganku menemukan
setelan yang pas dan matching tapi
mereka malah menghilang tanpa pamit
atau meninggalkan sedikit pesan padaku.

Celana itu sebetulnya sudah lama diberikan oleh
seseorang yang kebetulan berpapasan denganku.
"Celana ini pas sekali untukmu.
Jangan sampai lupa: rawat baik-baik.
Salam hangat dan sayang selalu."

Aku sampai-sampai meragukan kesehatan
jiwa orang itu tapi buru-buru ia menambahkan.
"Saya masih waras kok! Sudah dulu yah!"
Ia pun melengos pergi,
lenyap ke arah lanskap senja
yang terheran-heran atas betapa
mengagumkannya sosok orang tersebut.

Celana begitu nyaman dan enak dipakainya.
Ia juga telah menemaniku berjuang dalam kerasnya
medan kehidupan.

Walau celana adalah celana yang rajin koyak.
Di betis. Di lutut. Di paha, pantat, dimana-mana.
Aku selalu saja tekun menambalnya.
Seperti biasalah: koyak satu, tambal satu, koyak lagi.

Entah di negeri mana ia singgah sekarang.
Pastinya belum berhasil aku menambal hatiku
yang koyak kehilangan dirinya.
 
Steven menulis pada 18:26 | buka halaman | 0 komentar
Monday
Cinta Dalam Kulkas
10.04.2006


Malam tengah kita tempuh
dan cinta terindah telah
kau persembahkan di dalam
kulkas.

Bolehkah kubekukan botol
airmataku di dalam kulkasmu,
sayang? Supaya suatu hari
nanti dapat kuteguk kembali
sebagai penawar kepedihan
yang mengagumkan.

Resah kali ini sepertinya
cukup payah atau memang
aku sudah terbiasa dengan
kehadirannya sehingga ia
pun limbung dan merasa
dirinya sudah tak dibutuhkan.

Malam berlalu saja dengan cinta
yang akan kita tunda selalu.
 
Steven menulis pada 17:57 | buka halaman | 0 komentar
Wednesday
Kisah Semalam
05.04.2006


Sore itu belum juga ia bereskan
mandinya, merapikan semangatnya
yang berceceran di lantai di
antara kamar realita dan kamar
mandi.

Senja begitu semrawut. "Mengapa
belum habis juga mandimu? Padahal
ingin sekali-sekali aku terkagum
oleh tubuhmu yang molek sehabis
mandi, sambil kugoda: aduh, gadisku
sudah makin cantik dan menawan."

Senja pun melengos pergi begitu
saja, meninggalkan gadisnya yang
diam-diam suka terpesona oleh
senyuman senja.

Mandi sudah selesai dan sukses.
Gadis begitu senang dan bahagia.
Dengan gagah ia melangkah
ke kamar mimpi. "Permisi ranjang.
Permisi selimut. Permisi bantal,
guling, teddy bear, spongebob,
mashimaro dan kawan-kawan.
Aku sekarang mau tidur, ngorok."

Malam semakin meningkat
dan keributan mulai digelar.
"Eh, lucu juga, katanya mau tidur
tahunya malah dengerin dengkuran
radionya yang semakin tua dan pikun,"
kata spongebob. "Ah, paling lagi
kangen. Biasa. Suka gila sendiri,"
jawab mashimaro. Tedy bear sangat
pendiam dan tak pernah protes
kalau sahabat-sahabatnya
sudah mulai bawel.

Gadis termangu menunggu kekasihnya
mengirim salam: selamat tidur sayang.
 
Steven menulis pada 18:09 | buka halaman | 0 komentar
Monday
Bangun Tengah Malam
03.04.2006


Malam begitu hening di antara
puing-puing sepi yang usang.

Matakata tiba-tiba terbangun,
teringat pada kekasihnya di
tumpukan kata-kata yang sejak
dahulu belum berhasil dibacanya.

Padahal belum pernah lupa,
mengapa harus mengingat-ingat?

Matakata begitu capek hingga
minus delapan dan ia hanya
ingin terlelap dimanja mimpi.
 
Steven menulis pada 18:42 | buka halaman | 0 komentar