Saturday
Topeng Kesayangan
30.09.2006


Walau seorang guru seni,
ia sering bingung ketika
harus membedakan rumahnya
dengan museum nasional.

Sebab di dalam rumahnya
ia kumpulkan seribu topeng
lebih banyak dari museum.

Sampai-sampai ia pun
butuh waktu lama hanya
untuk mencari wajah aslinya
diantara koleksi topeng
kesayangannya itu.
 
Steven menulis pada 01:10 | buka halaman | 1 komentar
Friday
Pianis Palsu
30.09.2006


piano gugup
melodi kaku
terbata-bata

di atas panggung
dia masih berburu
nada yang merinding
 
Steven menulis pada 23:59 | buka halaman | 2 komentar
Sunday
Dan Rasa Berangsur Selalu
24.09.2006


leleh hati begitu deras
lekaslah diari dipeluk
untuk menampung pedih

diari
diari kuyup
oleh tubuh pena
dan kau tak tahu
di mana harus
menghabisi luka
 
Steven menulis pada 15:56 | buka halaman | 2 komentar
Friday
Rubrik Mimpi
22.09.2006


Kota sudah semakin kilat,
namun anak itu hanya punya
sepeda tua yang harus
dikayuh untuk membalap zaman.

Sepeda ia kendarai menelusuri
pagi sambil berbagi hangat
koran: lelah yang tak pernah
terbaca. Siangnya menelusuri
kesemrautan sepanjang
jalur-jalur three in one
sampai ke Stasiun Kota beratap
lubang pengintip langit.

Di situlah ia sering tertidur
kalau cuaca sedang hujan
dan tetes air cuma menemani
senandung mimpinya yang
mulai berseri dan kenyataan
tak pernah berhasil dirilis.

Liurnya sudah merupa peta
untuk dijelajahi. Hujan semakin
lebat dan penjaga stasiun
terdiam lama dalam kernyit
di kening terpulas itu.
 
Steven menulis pada 00:25 | buka halaman | 1 komentar
Kita Tuliskan Seadanya
15.09.2006


romeo juliet semakin waktu bertambah lugu
namun muslihat cinta masih harus dihadapi
padahal mereka tak pernah tahu permainannya
 
Steven menulis pada 19:28 | buka halaman | 2 komentar
Monday
Embun Kesedihan
11.09.2006


/1/
Setiap hati mengenal kesedihannya
sendiri, dan tak ada yang tak dapat
turut dalam kesenangannya.

Demikian pula saat kubaca barisbaris
katamu, biar nanti waktu katakan.
Semoga tak gelap dan pedih
cicipanmu nanti, sobat.

/2/
Tulisanmu itu, kata-kata terbang
mengarungi malam yang adalah sepi.

Hinggap mereka istirah di sebuah kedai
kopi: hangat setiap dingin merapat.

Penyair sedang duduk di sana dengan
sehelai putih yang akan dituliskan
puisi sambil mencicip kopi.

Kata-kata mendadak menari
menjadi sajak di atas sehelai putih.
Penyair terisak, di sebelahnya:
aku sudah terkaca-kaca.


Fragmen sajak:
/1/ Milka Basuki
/2/ Steven Kurniawan
 
Steven menulis pada 13:08 | buka halaman | 0 komentar
Sunday
Selamat Minggat, 2
10.09.2006


Kangen kulepas bersama sepi
sebelum berlimpah penuh
mengganggu kesehatan.

Malam ini lambaikan
kenangan pada rindu.
Pagi ini lambaikan
perpisahan padamu.

Senyummu lengkap.
Hatiku genap.

Siapa di antara kami
yang berkeberatan?




*Selamat Minggat, 1
 
Steven menulis pada 01:12 | buka halaman | 2 komentar
Wednesday
Yang Tak Bisa Lelap
06.09.2006


Bantal guling kau rawat dalam
kamar tanpa pintu dan jendela.

Dibangunkan engkau tiap pagi
dan mereka jaga khusyuk
rahasia tidurmu.
 
Steven menulis pada 19:14 | buka halaman | 3 komentar
Sunday
Diari Kanvas
03.09.2006


Setelah sekian lama mengabdi pada
penjual dan pelukis, kini kanvas
harus mencari pekerjaan baru dan
menyenangkan daripada sekedar
barang dagangan sampai jadi mainan
anak kecil yang sok seniman.

Kuas sedang menikmati liburnya.
Pelukis manyun di galeri antik:
kamar becermin dan menyembunyikan
diri. Maka pamitlah kanvas untuk
jalan-jalan mencari warna baru,
agar lebih gagah menghadapi rasa.

Dijelajahilah dunia luar dengan
semangat: tak ada yang lebih luas
dibanding putih tubuh kanvas.

Di luar rumah bagitu gaduh
sehingga kanvas mengeluh.
Memang tiada yang lebih tenang
dari rumah. Ia terkenang pada
celoteh pelukis setiap kali
kompromi dengan hati.

Kanvas temukan malam
di luar sana dan langsung ingin
memeluknya sambil berbagi warna.
Ah. Malam tak kalah indah dengan
lukisan malam yang sudah lama
dikenalnya, tapi malam begitu
buas menyeringgai. Berlarilah
kanvas meninggalkan malam ketika
putihnya nyaris tercabik luka.

Dengan terhuyung-huyung kanvas
pulang ke rumah. Di sana pelukis
dan kuas sudah menantinya dengan
seloyang cake. Tersentuhlah
hatinya: selengkapnya warna dunia,
lebih lengkap warna jiwa pelukis.

Hai, kami sudah rindu tau!
Dipaparkannya cake pada kanvas,
warna-warni: warna bahagia.
Mereka semua terbahak tertawa.
 
Steven menulis pada 14:48 | buka halaman | 0 komentar
Saturday
Peluk Aku
02.09.2006


Keributan kota telah menjauh.
Aku pikir tak apa jika
mencintaimu dan sisa kesenangan
yang manis sesudahnya.

Aku mencintaimu,
kataku mewarnai keraguan kita.
Aku melihat ke bawah
sambil menggit bibir,
cahaya dan bayangan menari:
menggoda di langit berbintang.

Hanya untuk sesaat lagi;
untuk waktu yang singkat,
aku ingin mendengar suaramu
dan hatiku terbakar hingga
habis tenggelam.

Kita ucapkan "selamat malam"
dengan senyum sayang;
ucapkan perpisahan:
kita memang pasangan resah.
Akankah kita bertemu lagi?

Biarkan aku menciummu lebih.
Cium aku, peluk aku sedalamnya.
Bantalmu lembut, bukan?
Aku ingin kau ada dalam ruang
jingga ini.

"Apa kau mencintaiku
lebih dari sebelumnya?"
Aku berbisik.
Kau tak menjawab
dan lenyap perlahan.

Ah. Aku khawatir.
Pun gerakanmu memadamkan lilin,
kau telah beri cinta yang
buatku sedih dan tiba-tiba memeluk.

Diterjemahkan dengan modifikasi oleh Steven Kurniawan




Hold Me
English translation by: Cori


The noise of the town gets distant
I wonder if it's ok to love you; the sweet afterglow remains

I love you.
The confession that I told you colors our game
I look down, & bite my lip.
The light & shadows dance mischieviously in the starry sky

Just for a while more, for a short time
I want to hear your voice
My heart burns till it drowns
Ah~ when you touch my hand
[We say] "goodnight," with loving smiles
[We say] "goodbye," we're a shy couple
Shall we meet again now?
I want to kiss you more

Kiss me, hold me tight

Your pillow is soft, isn't it
I want you in this orange-colored room

"Do you love me more than before?" I whisper
The answer you didn't return fades away

You stroke my hair, your gentle voice
makes my ear get hot
We get so close that
~ah, I get anxious
Even the gesture of your blowing out the candles
You gave me a love that makes me sad
and held me immediately




Lagu: Tomiko Van - Hold Me
bisa dinikmati di sini.
 
Steven menulis pada 23:57 | buka halaman | 0 komentar