Sunday
Diari Kanvas
03.09.2006


Setelah sekian lama mengabdi pada
penjual dan pelukis, kini kanvas
harus mencari pekerjaan baru dan
menyenangkan daripada sekedar
barang dagangan sampai jadi mainan
anak kecil yang sok seniman.

Kuas sedang menikmati liburnya.
Pelukis manyun di galeri antik:
kamar becermin dan menyembunyikan
diri. Maka pamitlah kanvas untuk
jalan-jalan mencari warna baru,
agar lebih gagah menghadapi rasa.

Dijelajahilah dunia luar dengan
semangat: tak ada yang lebih luas
dibanding putih tubuh kanvas.

Di luar rumah bagitu gaduh
sehingga kanvas mengeluh.
Memang tiada yang lebih tenang
dari rumah. Ia terkenang pada
celoteh pelukis setiap kali
kompromi dengan hati.

Kanvas temukan malam
di luar sana dan langsung ingin
memeluknya sambil berbagi warna.
Ah. Malam tak kalah indah dengan
lukisan malam yang sudah lama
dikenalnya, tapi malam begitu
buas menyeringgai. Berlarilah
kanvas meninggalkan malam ketika
putihnya nyaris tercabik luka.

Dengan terhuyung-huyung kanvas
pulang ke rumah. Di sana pelukis
dan kuas sudah menantinya dengan
seloyang cake. Tersentuhlah
hatinya: selengkapnya warna dunia,
lebih lengkap warna jiwa pelukis.

Hai, kami sudah rindu tau!
Dipaparkannya cake pada kanvas,
warna-warni: warna bahagia.
Mereka semua terbahak tertawa.
 
Steven menulis pada 14:48 | buka halaman |


0 komentar: