13.08.2006
Ada pelajar malas yang pekerjaannya
hanya menulis puisi setiap waktu:
sehabis bangun tidur, mau mandi,
ketika makan, bahkan waktu kencan.
Padahal tugasnya sekolahnya
bertumpuk dan semuanya begitu
semangat untuk diselesaikan.
Kalau bisa hari ini juga.
Tapi sayang, pelajar sok pintar itu
tak pernah peduli dengan mereka.
"Belum tau yah kau kalau
kami sudah mulai kecewa?"
Entah puisi apa lagi yang hendak
ditulisnya. Sebuah sajak tiba-tiba
menegur: Taruhlah sebuah jam raksasa
di kamarmu, supaya engkau sadar oleh
betapa gagahnya waktu. Pelajar
tiba-tiba tercenung mendengarnya.
Sore itu, pelajar manja tertidur
pulas berselimutkan mambang;
ditumpukan puisi-puisinya.
Ia mimpi kalau puisi sudah besar
dan sudah bisa mandi sendiri.
Dipeluknya erat sebuah buku puisi
kesayangannya dan senja berangsur
semakin larut.
selimutnya mambang
waktunya panjang
perlu apa lagi
selain nikmati puisi.