Sunday
Aku, Ide dan Buku
30.07.2006


Buku itu bersitegang di atas
meja. Ya. Aku ingat. Dosenku
pernah memberi wejangan:
Tekun-tekunlah membaca supaya
ide-ide dapat belajar
menemukanmu di tumpukan
suasana hati.

Di buku itulah aku harus
menuliskan ide-ide.
Entah siapa menemukan siapa.
Sebab sejak aku belajar membaca:
hujan, langit, lukisan, puisi,
waktu, hingga diriku sendiri;
hanya keterkejutan saja yang
bertegursapa denganku.
"Hai, dik! Kau tersesat?"

Sekian hari, buku tambah
mendebarkan dan bimbangku makin
lengkap. Entah siapa menanti siapa.
Keadaan malah menjadi rumit jadinya.

Mengapa begitu menakutkan, cemas?
Tak satu pun dari kami yang berani
berkutik: memahami diri.
 
Steven menulis pada 18:39 | buka halaman |


3 komentar:


  • At 30/7/06 20:56, Blogger Unknown

    jangan takut, kawan.
    aku bersamamu.

     
  • At 30/7/06 22:04, Blogger Steven

    Ya. Terima kasih. :)

     
  • At 31/7/06 19:57, Anonymous Anonymous

    melompat-lompat, berjingkat-jingkat, tapi tidak sampai tersesat, ya masih lumayan nikmat, kata-kata yang diajak bermain dalam puisi ini pun lumayan sehat he he he... selamat, selamat...