SERINGKALI kita -seorang penulis- tiba-tiba menjadi seorang pengecut jika dihadapkan dengan puisi-puisi yang telah kita tulis pada waktu-waktu dulu. Kita tidak percaya diri dan merasa hanya mempermalukan diri sendiri. Seperti melihat cermin diri sendiri dan ingin berkomentar, “kau tidak sekeren yang dulu aku bayangkan..”
PADAHAL bagaimana pun mereka adalah potret kita dulu: masa kecil yang lugu. Baiklah kalau kita membuka pikiran dan mencoba untuk evaluasi dan intropeksi diri. Pastinya jadi membanggakan, “ini toh si buyung yang masih lucu-lucu dan menggemaskan.”
Labels: catatan sketsa
ALAMI banyak hal. Lalu lupakan. Ketika ia datang sebagai kenangan, maka itulah saatnya menuliskannya sebagai puisi. Tahu kata siapa ini? He he he. Selamat datang masa kecil, selamat datang kenangan, selamat menuliskannya sebagai puisi.