11.09.2006
/1/
Setiap hati mengenal kesedihannya
sendiri, dan tak ada yang tak dapat
turut dalam kesenangannya.
Demikian pula saat kubaca barisbaris
katamu, biar nanti waktu katakan.
Semoga tak gelap dan pedih
cicipanmu nanti, sobat.
/2/
Tulisanmu itu, kata-kata terbang
mengarungi malam yang adalah sepi.
Hinggap mereka istirah di sebuah kedai
kopi: hangat setiap dingin merapat.
Penyair sedang duduk di sana dengan
sehelai putih yang akan dituliskan
puisi sambil mencicip kopi.
Kata-kata mendadak menari
menjadi sajak di atas sehelai putih.
Penyair terisak, di sebelahnya:
aku sudah terkaca-kaca.
Fragmen sajak:
/1/ Milka Basuki
/2/ Steven Kurniawan