Sunday
Sehingga kita lupa alasan untuk ada
1)

musim ini memang tak banyak kata-kata
tentang kita: pada lembar dedaun pagi
sebelum mengepul juga menjadi luap uap
meliuk lekuk bagai lambai perpisahan

sebetulnya hendak ke mana kita jika langit
hanyalah jeda biru dalam bingkai jendela
yang mereka tuding: awan cumalah awan


2)

akankah selamanya kita merintik di sini
mencair sia-sia bagaikan sisa-sisa gerimis
ketika tak siapa pun melewati halte bus ini
kecuali seseorang yang tersekap dalam hujan

sambil menunggu, ia melanjutkan sketsanya
dengan membubuhkan garis-garis diagonal kepada
jendela sambil mengaku: hujan cumalah hujan


03 Januari 2010
 
Steven menulis pada 22:50 | buka halaman |


0 komentar: