10.11.2006
Di bawah payung, ia teringat akan
pengalamannya ke negeri puisi.
Waktu itu ia pernah diundang oleh
presiden negeri itu untuk peresmian
musim hujan yang akhirnya tercipta.
Setelah menandatangani Piagam Musim
Hujan, bapak presiden tiba-tiba
membujuknya untuk tinggal beberapa
bulan di sana. Sebab ini musim hujan
pertama dan belum ada yang mengerti
bagaimana cara membuat payung.
Maka dengan berbagai jenis pena dan
kertas, dibuatlah payung warna-warni
bagi penduduk negeri puisi sehingga
mereka tak perlu cemas dengan hujan.
Lama menjadi pengrajin payung,
pekerjaan selesai juga akhirnya.
Sebelum pulang, bapak presiden
mewakili seluruh warga tak lupa
mengucapkan terima kasih dan
memberinya upah sesuai perjanjian,
juga sebuah payung antik peninggalan
penyair budiman yang telah berjasa
menciptakan negeri puisi.
"Selamat jalan, pak. Jangan lupa
mampir lagi kapan-kapan untuk
mereparasi payung-payung supaya
makin canggih modelnya."
Di bawah payung ia bingung:
rambut masih juga kuyup oleh
hujan kemarin.
Sambil ia genggam uang puisi
dari negeri puisi, gerimis turun
rintik-rintik dan payung rombeng
itu tak mampu menahannya.