kami adalah telur yang mengatup diri sendiri
butir demi butir sambil menerka agar menjadi
bulatan dalam rongga matamu lalu terus menjelma
kami adalah telur yang menetas diri sendiri
usia demi usia sampai memenuhi seluruh nisbi
yang pernah engkau sebutkan dari dalam mimpi
kami dapat lahir dan tumbuh menjadi apa saja
menjadi jendela, menjadi langit tetapi sungguh
tak pernah terkira engkau akan memimpikan maut
kami cumalah telur yang mengatup dan menetas
tubuh demi tubuh sambil mencoba terus menjelma
seperti mimpi sampai menjadi jasadmu sendiri
07 Mei 2009
cantik sungguh puisi ini diadun, barangkali dengan cermat membawa persoalan yang baru mengenai telor dan kehidupan...