Saturday
Bulan
tidak lagi aku miliki bumi ini.
Bulan terlempar jauh ke luar gravitasi
di antara dua buah kota

: teringat seperti dua butir planet
merevolusi, kejar mengejar, lalu
kehabisan nafas di ruang hampa udara

bumi ini bukan milikku lagi.
Aku terapung, berpegangan pada langit
dan menggapaimu dari kejauhan


29 November 2013


-----------------------------------------------
Moon

I no longer have this earth.
The moon flung outside gravity
between two cities

: it is like two planets, revolve
one after the other, they got
out of breath in a vacuum

this earth is not mine anymore.
I floated, clinging to the sky and
reaching you from a distance


November 29, 2013


 
Steven menulis pada 16:53 | buka halaman | 7 komentar
Sunday
Arti Menunggu

waktu merupakan garis panjang: terus bergegas
tanpa pernah menunggu (misalnya saja menunggumu
ketika terlambat ke stasiun di sebuah hari).

bulan november, dipandangnya angkasa dengan mata
yang larut dalam gerimis. Dia mengerti tentang
garis-garis hujan yang sudah tiba di sini

tapi tentang garis waktu: tidak ada yang tahu.
Orang cuma bilang kalau waktu belum juga tiba
(mendengarnya, dia ingat akan sebuah lagu sedih)

dia termenung dan ingin sekali bernyanyi tapi
rasanya seperti kehabisan nafas maka dia hanya
bernyanyi di dalam hati sambil menundukkan kepala

disadarinya kalau waktu merupakan garis panjang
yang bersimpul seperti saat menggambar rambutmu
walau tak pandai betul bagaimana cara menggambarnya

dia hanya ingin duduk diam saja di stasiun itu
agar ketika engkau datang (walaupun terlambat)
akan dihampirinya dirimu dengan payung terbuka



05 Mei 2012
 
Steven menulis pada 00:41 | buka halaman | 2 komentar
Petugas karcis
/1
seorang petugas karcis berdiri
dekat pintu pertunjukan teater
sambil merobek tiket demi tiket
bagai melunaskan dendam yang mahal

dahulu tanpa sengaja dia pernah
merobek hati seorang pria yang
lalu meninggalkannya sebelum sempat
mengambil separuh sobekan itu

sepenuh sesal, dia setia menunggu
sambil merobek tanggal demi tanggal
kalau pria itu datang kembali untuk
menagih hutang, membereskan kenangan

/2
layaknya seorang petugas karcis
dia selalu tersenyum walau kadang
harus lekas merobek helai-helai
airmata dari pipinya sendiri

dengan tegar dia berjaga sambil merobek
detik demi detik dan membayangkan
ada malaikat membawanya ke hadapan
pintu besar yang belum pernah dilihatnya

dia ingin sekali masuk ke sana tetapi
petugas karcis di depan pintu itu
seperti seorang pria pemilik separuh
sobekan tiket yang lupa dia kembalikan dulu

sudah usang dalam saku celananya


04 Desember 2011
 
Steven menulis pada 20:57 | buka halaman | 3 komentar
Wednesday
Dia menggambar sebuah lingkaran
/1
ini mata, katanya, ada juga airmata
terbuat dari garis putus-putus seperti
jalur kereta pada peta, menempuh jauh
engkau yang membisu di stasiun itu

akan diraihnya tanganmu. Seandainya


/2
ini wajah, katanya, ada juga rambut
terbuat dari garis-garis panjang bagai
angin bisa bertiup ke sana dan ke mari
dan terbang kepadamu yang tak tergapai

jarak seakan tiada lagi. Seandainya


/3
ini engkau

ada juga seorang lagi, katanya itu aku


01 November 2011
 
Steven menulis pada 08:51 | buka halaman | 0 komentar
Monday
Menuju
mungkin waktu masih ada di pihaknya,
ia mengira ketika menyalakan payung
(sebelum suara kereta menjelma jadi
bintik-bintik kabut lalu menitikkan
banyak sekali gerimis ke kepalanya)

ini perjalanan, papan penunjuk masih
tertuliskan namamu: arah tak berujung.
Kaukah akhir dari yang tak berakhir?
Ia berpikir panjang tentang cintamu
yang jauh dan, ah, barangkali harapan

ada seorang berjalan sambil terpejam,
sambil mendekap sebuah pesan rahasia
di dadanya dan berkata kalau sebetulnya
engkau itu dekat: ada di dalam hati
(ia lekas mendekap dadanya sendiri)

tapi bukankah ini di bawah hujan?
Orang sering sulit membedakan antara
mata and airmata. Keduanya mudah mencair
dan mengalir ke pucuk-pucuk payung
juga ada yang terjatuh ke pipinya

mungkin ia ingin ada yang memeluknya
lalu berkata kalau ia sudah...

mungkin ini adalah...


23 Oktober 2011
 
Steven menulis pada 02:46 | buka halaman | 0 komentar
Saat Menutup Peti
masihkah ada yang engkau nantikan
ketika bisu memecah di ruang kosong
(mungkin ia bagaikan kehabisan suara
menceritakan yang belum sempat terucap)

betapa puncak rindu pada setiap pucuk
terangkum kembali dalam karangan bunga,
diletakkan di dadanya dan engkau ingat
ketika menyatakan cinta itu: katanya abadi

apa lagi yang akan engkau sampaikan
ketika kata tiada lagi dapat menggapainya
sedangkan ia di sana: kekal mendengarmu
menangis dekat telinganya yang membeku


18 September 2011
 
Steven menulis pada 00:00 | buka halaman | 0 komentar
Sunday
Influensa
aku tidak tahu mengapa engkau menyukai musim hujan
tetapi kalau gerimis turun, rindu seperti influensa
mudah merasuk dan membuatmu banyak tinggal di kamar
mendengarkan lagu-lagu sendu sambil sedikit bersin

influensa, virus kecil yang membuat jantungmu berdebar
dan juga menemanimu semalaman menulis puisi tentang
rasa sakit dan harapan (mirip obat tablet yang mahal,
sering terlupakan atau entah engkau takut meminumnya)

seringkali ketika tubuhmu menggigil dan tanpa daya
influensa ingin sekali membelah dirinya beribu kali
supaya dia mampu memelukmu, menjagamu tetap hangat
dan tidak usah peduli kalau hujan tiba-tiba cemburu

suatu hari nanti musim kesukaanmu akan berakhir,
hujan pasti merasa sangat kehilangan tetapi influensa
mengkristal di dalam tubuh dan membuatmu tidak tahu
mengapa sejak malam itu engkau merasa sangat dicintai


03 Septemebr 2011
 
Steven menulis pada 22:17 | buka halaman | 2 komentar
Kesibukan
sibuk terus menumpuk di buku agenda

dan rencana bagai suara kecil yang

meringkuk di dalam jam. Hati kecilnya

hendak menjerit kalau waktunya tiba


ia akan terkejut mendengarnya.

Dilirik jam menunjuk pukul 00:00

(jarum jam membentuk jarak hampa

yang tak usai kita membaginya)


mata begitu sederhana: membungkam

beribu kantuk di pelupuk ketika

ia menuliskan sebuah nama dan

menggambarkan hati, merah warnanya


mata sudah payah, menguncup tatkala

tanpa sempat mengartikan apapun

sebelum malam sempat mengecupnya

dan berkata: besok ya, kau janji



21 Agustus 2011

 
Steven menulis pada 22:16 | buka halaman | 0 komentar
Thursday
Empty room
ini penantian dalam ruang kosong dan
aku duduk seperti di sebuah busstop
ketika bus-bus berlalu dengan nomor
yang salah: cuma angka-angka belaka

seperti waktu sedang menelepon lalu
seorang bilang: salah sambung, bung!
aku yakin kau belum pernah mengganti
nomor apalagi mengubah nama, bukan?

suatu kali supir bus pernah bertanya
tentang nama dan saat kujawab
ia bilang aku hanya boleh menyebutkan
jalan (bukan nama siapa pun juga)

kucari saja peta untuk menemukan
nama dan nomor biar jalan ini dapat
benar menujumu di mana setiap langkah
terkumpul; di saat setiap hati padu

ini penantian dalam ruang kosong dan
kalau engkau ketuk pintu itu aku akan
bangkit seperti ketika bus telah tiba,
sebuah perjalanan yang menjemput kita


31 Maret 2011
 
Steven menulis pada 11:34 | buka halaman | 1 komentar
Sunday
Loss Journey
malam memusim kembali ketika
kita rindukan perjalanan kecil
menempuh ragu yang jauh

bus terus melaju sedangkan angin
mematah gerimis dari dahan hujan
yang suaranya mencerna keheningan

jendela bagai saja bingkai kristal
untuk mengekalkan beribu kenangan
agar tidak rusak dan terlupakan

indah purnama yang hinggap di langit
yang engkau kira pernah jadi kepompong
dan diam menunggu sampai bersayapkan

bintang-bintang. Musim masih panjang


13 Maret 2011
 
Steven menulis pada 23:01 | buka halaman | 0 komentar