Thursday
Pesan Terakhir
29.12.2005


Hari itu, aku berpapasan dengannya.
Mungkin benar, itu dia: gadis kecil
yang perawakannya sedikit culun.
Tapi dia tentu tidak menyadarinya
berkat gangguan mental yang sudah
ditekuninya sejak lahir.

Kini gadis itu pun sudah terlelap
di tengah jalan. Sehingga ada yang
berseru, "Lihat, akhirnya ia tewas
juga." "Bukan! Ia pasti pura-pura
mati untuk memperdaya kita," kata
yang lain. Seorang bingung dan ada
juga yang menangis: ibunya sendiri!
Ternyata baru ia sadari bahwa angan
dan kenangan kadang-kadang memang
cukup akrab.

Di pemakaman, aku dan teman-temanku
ikut hadir sebagai orang-orang kenalannya.
Sial. Di sana, kami hanya disuguhi
bingkisan airmata.
Dan pengunjung lainnya hanya turut
berduka cita: menciptakan suasana
yang mendukung untuk kesedihan.

Aku sampai lupa menyampaikan pesan
terakhir gadis itu. Tiba-tiba ibunya
menghampiri. "Ah, kau ini. Anakku cuma
iseng saja ingin mengerjaimu."
 
Steven menulis pada 18:50 | buka halaman |


0 komentar: