Thursday
Membaca Puisi Di Stasiun
hari ini ia sudah bertekad untuk
memberanikan diri membaca
sebuah puisi di stasiun kota
yang kerap kali ribut oleh suara
kereta dan jeritan bapak masinis

dimasukkannya sang puisi (bayi
yang masih mungil dan renta)
ke dalam amplop agar terlindung
kalau hujan yang ditulisnya
benar-benar datang menghadang

si penyair pun bergegas ke sebuah
halte dekat rumah, menunggu bus
langganannya yang bunyinya sudah
dihapal dan disuarakan ulang setiap
malam kalau sedang takut kesepian

dengan seksama ia mengawasi amplop
kecil itu sebab siapa tahu ada penculik
besar yang mengincar kekasih kecilnya
itu lalu dijadikan sandra demi kekayaan
"aduh. jangan menakut-takuti dong!"

lama gelisah, perlahan dari ujung jalan
tampak juga akhirnya pak supir
dengan busnya yang jingga bergoyang
dengan santai dan riang ketika dilihatnya
si pelanggan sayang melambai-lambai

"petang nanti saya mau baca puisi,
nonton yah!" tawar si penyair sambil
mengedipkan mata kepada pak supir
kemudian ia duduk di dekat pintu
agar bisa cepat mendarat di tujuan

seperti senja yang tiba, tak terasa bus
sudah tiba di depan stasiun sehingga
mengejutkan si penyair, padahal
belum selesai ia membetulkan seraknya,
menajamkan posturnya: kurus dan kekar

dihadangnya halaman stasiun itu seraya
mengeluarkan sang puisi dari dalam
amplop sebelum dibacakan selantangnya
persis sebuah puisi kecil yang berhasil
diproklamasikan pada tahun 1945 dulu

senja hampir raib ternyata kereta-kereta
bertambah liar sampai tak didengannya
lagi suara si penyair yang terbatuk-batuk
dan ia malah cuma disangka sedang
berpantonim ria dengan secarik kertas

mendadak ada saja yang menepuknya
dari belakang, yang dikira adalah
petugas penertiban ternyata seorang
pejabat pemerintah dan diberikannya
sebuah kartu nama kepada penyair itu

"besok anakku berulangtahun dan saya
ingin menampilkan pertunjukan sulap,
datang yah!" goda si pejabat sambil
mengambil kertas kecil milik si penyair
(bayi yang renta dan bertambah tua)


18 Desember 2008
 
Steven menulis pada 21:36 | buka halaman |


0 komentar: