Monday
Bermain Sketsa #05
Malaikat Natal
Beberapa hari lalu, temanku Mike tiba-tiba memintaku menemaninya menulis. Entah, mungkin dia merasa asing dengan kata. Kemudian kita sepakat mempersatukan kata-kata berikut ini ke dalam sebuah tulisan. Kami menyebutnya beriringan yang diawali oleh Mike: kertas, kaca, kelapa, mesin, sujud, telepon, tugas, jam, lakban, gitar. Tampaknya kami memang dari latarbelakang yang berbeda. Dia itu insinyur. Kalau saya? Kalian boleh pikirkan apa saja. Baiklah, ini puisinya walau aku gagal mengajak kata 'kelapa' ke dalamnya:


Malaikat Natal

adakah yang lebih gaib dari sebuah
telepon genggam: malaikat kecil
yang dapat bersabda tentang kenangan
dan masa depan secara sederhana?

matakacanya terus saja berpijarkedip
sambil berdetik jam atas binarnya
hingga kita mengerti kalau waktu
tengah berhembus dalam jantungnya

pada tubuhnya terukir pengetahuan:
angka dua yang terus bersujud
menghadap yang Esa sehingga ke
sanalah segala huruf diawalkan

setiap malam dia sering memainkan
suara gitar sambil bertugas mengawas
datangnya pesan rahasia yang tak
pernah berhasil diterjemahkan kertas

entah ulah atau tulah kalau setiap
akhir tahun mesinnya berdering dan
dari matanya yang sudah kulakban
ketat masih juga terbaca sebuah pesan

"Selamat natal,
jangan-jangan engkau cuma pohon natal."


01 Desember 2008

Labels:

 
Steven menulis pada 23:55 | buka halaman |


0 komentar: