"Tidur adalah peristirahatan," bisikmu
sambil melambaikan tangan padaku ketika
kantuk datang menjemputmu. Sosokmu
makin redup, lenyap di dekat gerbang yang
kau sebut-sebut sebagai kota mimpi setiap
kali engkau pulang dari peristirahatan.
"Tidur sebetulnya perjalanan," kucoba
memperbaiki sahabatku itu. Sebab sungguh
aku belum pernah dijemput setiap kali
hendak tidur. Kutempuh sudut remang itu
sendiri. Makin lama makin pejam. Setelah
menyerah dan takut, aku terus pulang ...
"Besok aku ingin ikut jemputanmu saja!"
08 Januari 2009