untuk Steven Kurniawan
setelah sesat di ribuan alamat, kutemukan juga rumahmu;
jauh dipisahkan selat antara kota yang cacat kakinya dan
kota yang tercatat di tiap kepala; sebagai tempat tertenang
untuk berenang tanpa harus melawan deras arus kenangan.
kutemukan rumahmu di antara deretan rumah-rumah baru,
dinding warna gading dan jendela menghadap lautan biru;
dari situ sering kubayangkan kau memandang cakrawala
saat senja dan memindahkan sketsa wajahnya dalam puisi.
di sinilah aku saat ini, kataku dalam hati (sambil mengupas
satu demi satu lapis mimpi yang mengantarkanku padamu),
berdiri depan rumahmu; ragu-ragu apakah akan mengetuk
pintu depan atau menyelinap lewat belakang sebab datang
tanpa cukup persediaan kata matang dalam genggaman.
2009