Wednesday
Tak Terucap
masih tersisa cinta, membujuk
dalam dadanya di pucuk rindu
(denyutnya kelu dan merahnya
semakin layu di luar warna)

terus saja dipanggilnya namamu
dengan kutukan dan sulapan itu
seperti hendak ditorehkannya
rintihan ke dalam bujur tubuhmu

ingin dipersembahkannya bagimu
hal terindah tapi tak dikenalnya
yang lebih elok daripada maut
(yang bukan fana, kekal kepadamu)


18 Februari 2009
 
Steven menulis pada 22:08 | buka halaman |


0 komentar: