- steven kurniawan
lahirmati bercakapcakap
belajar berhitung dan mengeja mimpi
ini cuma sketsa, eh puisi Steven Kurniawan
-
Steven Kurniawan dilahirkan pada tanggal 25 Februari 1988 di Jakarta. Menghabiskan waktu sekolahnya di Sekolah Damai, Jakarta, dari TK hingga SMA, kemudian melanjutkan ke Kelas Fondasi Seni Rupa selama 1 tahun di Singapura. Semasa SMA, ia pernah memenangkan lomba analisis novel sastra intrasekolah dalam rangka Bulan Bahasa: juara 2 (2004) untuk novel Saman karya Ayu Utami dan Juara 1 (2005) untuk novel Kembang Jepun karya Remy Sylado. Kemudian diam-diam mulai tergoda dan mencintai puisi. Beberapa puisinya pernah dimuat di majalah elektronik puisi nusantara: www.puisi.net. Sekarang ia akan melanjutkan studinya dalam Fashion Management di Lasalle-SIA College of the Arts, Singapura.
Monday
Milka Basuki
25/19
25/19
Saturday
Pada Kanvas, Pada Mata
pada kanvas
terbayang warna: cinta
yang teringkas sedalam pandang
pada mata
terpintas bayang: engkau
yang terlukis sepenuh kenang
Singapura, 24 February 2007
terbayang warna: cinta
yang teringkas sedalam pandang
pada mata
terpintas bayang: engkau
yang terlukis sepenuh kenang
Singapura, 24 February 2007
Pertemuan Hujan
/1
engkau menyadari hujan
sejak kelahiran menyambut malam
dan tangismu sebentar
ketika hujan pelan-pelan sekali
menidurkan mata bayimu
engkau menyadarinya
sejak masa riang kanak-kanak
ketika mendung menggelitik
selembut gemerintik
/2
engkau menyukai hujan
dalam teduh langit yang berderai
yang bisikan gemerintiknya
lekas kau tulis menjadi puisi
engkau menyukainya
dalam keheningan gerimis
dan suaranya selembut kekasih
yang sederhana membisikkan cinta
/3
engkau sudahlah mengetahui hujan
ketika gerimis turun perlahan
dan tak ada rasa tergesa
untuk ingin mengenalnya
(engkau sudahlah mengetahui ...)
ketika tetes bagai airmata melayang
terbayang kalau itu cuma kesedihan
yang seperti biasanya
Singapura, 24 Februari 2007
engkau menyadari hujan
sejak kelahiran menyambut malam
dan tangismu sebentar
ketika hujan pelan-pelan sekali
menidurkan mata bayimu
engkau menyadarinya
sejak masa riang kanak-kanak
ketika mendung menggelitik
selembut gemerintik
/2
engkau menyukai hujan
dalam teduh langit yang berderai
yang bisikan gemerintiknya
lekas kau tulis menjadi puisi
engkau menyukainya
dalam keheningan gerimis
dan suaranya selembut kekasih
yang sederhana membisikkan cinta
/3
engkau sudahlah mengetahui hujan
ketika gerimis turun perlahan
dan tak ada rasa tergesa
untuk ingin mengenalnya
(engkau sudahlah mengetahui ...)
ketika tetes bagai airmata melayang
terbayang kalau itu cuma kesedihan
yang seperti biasanya
Singapura, 24 Februari 2007