Wednesday
Detik Sepi
bila kami menoleh lagi ke lengan kiri
sepi masih berdetik di sana, lekas dan
tenang seperti racun yang tanpa suara
membunuhmu. Tak mengaduh kau dibuatnya

seperti hanya dengan diam (barangkali
kematian adalah diam yang baka) kami
boleh menyaksikan setiap kekosongan
mengucap dan menguraikan suatu bahasa

mungkin karena itulah kami mendengar
nyanyian keheningan yang lembut dan
mulai membuat jiwa kami tersedu-sedu
menyaksikan kematian demi kematianmu

sejak itu kami selalu terganggu setiap
kali hendak menoleh ke lengan kiri
karena detiknya tak lagi sepi dan kami
gemetar, "apakah itu adalah suaramu?"


14 Januari 2009
 
Steven menulis pada 15:29 | buka halaman |


0 komentar: