setetes hujan yang jatuh tak akan pernah
mengeluh ke mana angin hendak membawanya
walaupun ia harus tiba di sebuah stasiun
dan menemukan bahwa sebetulnya manusia
walau tenang tekun juga menitikkan airmata
seperti biasa, stasiun basah perlahan
oleh perpisahan (ada yang menyalakan
payung, ada pula segera menghindar sambil
mengeringkan pipi) dan botol plastik tua
terbujur menampung hujan, bekas kenangan
sekali lagi jendela kereta itu menangkap
beribu gerimis di udara dan seakan berpesan
kepada semua penumpang: betapa deras cinta
pernah merecik di sini; yang kemudian diluncurkan
ke tanah dan menyaksikan ada yang tersedu
ketika kereta beranjak, seseorang tak juga
mampu melepaskanmu dan perlahan ia menjelma;
saat engkau berpaling, cuma kaudapati sebuah
catatan kecil kian lunglai diterpa-terpa angin
29 Januari 2009
hmmm... gimana ya Steve? aku cuma bisa bertanya dengan gamang: "puisi ini kok aku banget?" hehehe.... Puisimu makin bagus deh...Nulis terus yaaa....